HEREare many translated example sentences containing "TIDAK LEBIH ATAU TIDAK KURANG" - indonesian-english translations and search engine for indonesian translations. Tagalog Bengali Vietnamese Malay Thai Korean Japanese Hindi Turkish. Polish Portuguese Dutch Italian Latin German Norwegian Russian Spanish. Fast Money. Dari Wiktionary bahasa Indonesia, kamus bebas Loncat ke navigasi Loncat ke pencarianDaftar isi 1 bahasa Indonesia 2 bahasa Makassar Contoh kalimat Kata turunan bahasa Indonesia[sunting] Adjektiva kurang komparatif lebih kurang, superlatif paling kurang belum atau tidak cukup Tenaganya masih kurang untuk mengangkat beban. tidak berapa; sedikit Meskipun telah bekerja keras, penghasilannya masih kurang. Adverbia kurang tidak lebih dari Banyak pembaca kamus hari ini kurang dari kemarin. belum atau tidak sama dengan yang seharusnya Makanannya kurang pedas. Preposisi kurang untuk menyatakan bilangan, ukuran, dan sebagainya yang sedikit lagi menjadi bilangan bulat Sekarang jam enam kurang seperempat. Antonim lebih Kata turunan Daftar turunan kata kurang 17 Turunan kata kurang Frasa mengandung kata kurang Turunan kata kekurangan berkekurangan berkurang dikurangkan kaukurangi kekurangan kekuranganmu kekurangannya kurangkan mengurang mengurangi mengurangkan pengurang pengurangan sekurang-kurangnya dikurangi serbakurang kekurangan Terjemahan[?] tidak lebih dari bahasa Makassar[sunting] Adverbia [mak] kurang / ᨀᨘᨑ kurang Contoh kalimat[sunting] ᨕᨊᨙ ᨄᨗᨑᨗᨂ ᨀᨘᨑ ᨔᨙᨑᨙ ᨊ ᨔᨗᨒᨚᨔᨗanne piringa kurang se're silosingpiring ini kurang satu buah selusin Kata turunan[sunting] a'kurang kurangi kakurangang kurang ajara' kurang pangngali' kurang pacce kurang siri' Diperoleh dari " Kategori Kata bahasa IndonesiaidAdjektivaidAdverbiaidPreposisiKata bahasa MakassarmakAdverbiaKategori tersembunyi Lema dengan lebih dari satu terjemahan NilaiJawabanSoal/Petunjuk PAS Tidak kurang tidak lebih SEKITAR Kurang Lebih AGAK Kurang Lebih KIRA Kurang Lebih 4 Huruf CUKUP Tidak kurang, tidak lebih EFA Isi lebih kurang 36 liter SEDANG Tidak kurang dan tidak lebih PODIKAL Serangga yang ukurannya kurang-lebih 1 kaki KAB Ukuran isi kurang lebih 2 liter HIN Ukuran isi kurang lebih 6 liter TEPAT Tidak kurang dan tidak lebih; persis MAN Ukuran berat, lebih kurang 80 pon FARSAKH Ukuran jarak, sepanjang lebih kurang delapan kilometer LOG Ukuran isi sebesar kurang lebih 1/2 liter FOLIO Ukuran kertas lebih kurang 21,5 x 32,5 cm MAGNUM Botol anggur besar yang berisi kurang lebih 1,5 liter MANG Panggilan untuk laki-laki yang usianya kurang lebih sebaya dengan paman EKSOSFER Daerah di luar atmosfer yang ketinggiannya kurang lebih 500 km GOMER Ukuran isi sebesar 1/10 efa atau lebih kurang 3,6 liter BERPATUTAN Tidak lebih dan tidak kurang; sepadan benar dengan; selaras; sesuai; ZUHUR Waktu salat yang dimulai kurang lebih pukul 12 siang; lohor BAT Ukuran isi untuk barang cair sebesar kurang lebih 36 liter; efa MINUSMALUM Memilih yang kurang buruk di antara yang lebih buruk ungkapan Latin BARANG Agak, kira-kira, kurang lebih, sekitar; - apa apa saja, segala sesuatu; TEASER Cuplikan-cuplikan adegan film dengan durasi kurang lebih 1 menit yang mempromosinya film tersebut › Opini›Pancasila, Tidak Kurang Tidak ... Kalau kita mau terus memantapkan NKRI berhadapan dengan sekian tantangan, seperti radikalisme, globalisme ekonomis dan sebagainya, kita harus mendasarkan diri pada lima prinsip atau sila di Pembukaan UUD 1945, Pancasila. KOMPAS/RIZA FATHONI Warga melintas di depan spanduk raksasa bergambar Garuda Pancasila di kawasan Cawang, Jakarta, Minggu 9/6/2013. Butir-butir Pancasila yang dipidatokan Bung Karno di depan Sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI pada 1 Juni 1945 menjadi momentum kelahiran hari lalu saya membaca sebuah WA ”Perlakuan sebagian kalangan terhadap Pancasila sekarang sudah agak mencemaskan karena mau mengangkatnya sekarang sebagai ’akidah agama’. Walau secara resmi tidak dikatakan demikian, tetapi perilakunya mengatakan itu”.WA tersebut ditutup ”Harus ditegaskan Pancasila bukan akidah agama”. Apa peringatan itu berarti perhatian pada Pancasila berlebihan lagi? Waktu Reformasi, omongan tentang Pancasila pernah hilang. Suatu reaksi atas overload omongan Pancasila Orde Baru. Padahal, di waktu Reformasi, Pancasila justru membuktikan diri. Amat mengesankan bagaimana pada masa teramat kritis itu dua presiden pertama Reformasi, BJ Habibie dan Abdurrahman Wahid; ketua MPR terpilih pertama Amien Rais, dan banyak tokoh lain, berhasil membawa Indonesia menjadi demokrasi tulen meski belum sempurna tetap atas dasar membawa Pancasila kembali ke wacana publik adalah masuknya radikalisme agama ke Indonesia. Radikalisme adalah ancaman karena menolak nilai-nilai, bahkan identitas bangsa. Cukup melihat Suriah, Irak, Libya, juga Mozambik dan Nigeria. Negara-negara itu tersobek-sobek atas dasar identitas agama dan sering juga itu, Pancasila pantas disyukuri. Indonesia terdiri atas ratusan komunitas etnik, budaya, dan agama, masing-masing dengan identitasnya dengan menyepakati lima sila Pancasila sebagai dasar etika dan kemanusiaan bersama, Indonesia berhasil mencapai sesuatu yang di Myanmar atau di Etiopia tak berhasil diwujudkan yakni bahwa identitas setiap komunitas tak ditindas, tetapi dilindungi dan diangkat oleh identitas orang beridentitas Indonesia, orang Jawa bisa tetap Jawa dan orang Minang tetap Minang, orang Katolik bisa tetap 100 persen Katolik dan orang Islam bisa 100 persen setia pada akidahnya. Itulah peran kunci menyaingi agamaAtas dasar Pancasila, tiga orientasi dasar masyarakat Indonesia bersatu mereka yang secara politis berfokus pada kebangsaan, lalu seluruh mainstream Islam Indonesia, dengan Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah sebagai representannya, serta komunitas-komunitas agama dan kepercayaan Indonesia begitu kuat karena tiga orientasi itu mau bersatu dan mereka bisa bersatu atas dasar dan itu menentukan Pancasila hanya dapat memainkan peranannya apabila tak dijadikan semacam filsafat hidup yang malah menyaingi agama. Begitu pula segala ”pemerasan” untuk mencari semacam ”hakikat Pancasila” sudah tepat kalau ditolak tanpa perlu menyangkal bahwa ’sosio-nasionalisme’ dan ’sosio-demokrasi’, atau ’gotong royong’ bisa ditemukan di dalam.Pancasila, padanya ”negara Republik Indonesia … berdasar” adalah persis, dan secara eksklusif, lima sila yang disebut pada akhir Pembukaan UUD 1945, seperti yang ditetapkan pada 18 Agustus 1945. Tidak kurang, tetapi juga tidak INDRA RIATMOKO Sejumlah pemuda lintas agama membawa bermacam poster saat hendak membagikan takjil di kawasan Solo Baru, Sukoharjo, Jawa Tengah, Jumat 7/5/2021. Dana pembuatan hidangan takjil sebanyak 500 bungkus itu diperoleh dari sumbangan pemuda peserta acara mempersatukan ratusan komunitas etnik, budaya dan agama Indonesia yang berbeda, baik mayoritas maupun minoritas, yang memungkinkan mereka hidup bersama dalam damai, adalah bahwa mereka dapat mendasarkan diri pada lima sila itu. Sementara realisasi Pancasila dalam perpolitikan konkret, misalnya bagaimana keadilan sosial diwujudkan, harus disepakati terus-menerus dalam proses pencarian arah bangsa secara diingat bahwa manusia Indonesia bukannya beretika dan beragama karena ia ber-Pancasila, melainkan ia ber-Pancasila karena ia beretika dan beragama. Apa yang baik dan yang jahat, jujur atau curang, begitu pula keagamaannya, sudah diinternalisasikan manusia Indonesia di tahun-tahun paling pertama hidupnya dari ibunya, dari lingkungannya, dari umatnya, dari budayanya, jauh sebelum ia untuk pertama kali mendengar kata justru merangkul Pancasila karena dalam lima silanya kita menemukan suatu etika luhur, dan orang beragama bisa meyakini Pancasila karena lima silanya ternyata amat sesuai dengan melebih-lebihkan Pancasila mau dijadikan semacam filsafat hidup seluruh bangsa justru akan kontraproduktif. Itu kiranya yang dimaksud oleh peringatan di atas agar Pancasila jangan diangkat menjadi mirip akidah cukup jika Pancasila terus dipromosikan sebagai lima prinsip etika bangsa yang disepakati semua, yang karena itu memungkinkan kita saling menerima, saling menghormati, bahkan saling menghargai dalam perbedaan, juga dalam perbedaan keberhasilan yang luar biasa bangsa Indonesia! Yang semakin diakui dunia internasional. Karena itu, kita perlu menghindar dari memberi kesan bahwa Pancasila mau mengurangi semangat kita mau terus memantapkan NKRI berhadapan dengan sekian tantangan, tidak hanya radikalisme, tetapi juga globalisme ekonomis dan sebagainya, kita harus tegas-tegas mendasarkan diri pada lima prinsip atau sila di Pembukaan UUD 1945 yang kita sebut Pancasila. Tak kurang, tak Magnis-Suseno, Guru Besar Emeritus Sekolah Tinggi filsafat Driyarkara

tidak kurang dan tidak lebih